Sunday, December 28, 2008

Kesalahan-Kesalahan pada awal tahun baru Hijriyah

Sudah masuk tahun baru Hijriyah ni! Tentunya ada asal mula bagaimana bisa ada kalender Islam ini. Hijriah artinya berpindah, meninggalkan, berpaling dan tidak mempedulikan lagi. Ada beberapa pengertian hijriah, yaitu kaum muslimin meninggalkan negerinya karena berada di bawah pemerintahan yang kafir. Demikianlah peristiwa besar yang terjadi pada 1428 tahun lalu.


Pengertian kedua menjauhkan diri dari dosa. Inilah yang harus kita lakukan sekarang karena hijriah dengan pengertian pertama tidak lagi terjadi setelah “Fath” (pembebasan) Makkah tercapai pada tahun ke-8 Hijriah. Pengertian ketiga adalah permulaan tarikh Islam.

Rasulullah SAW meninggalkan Makkah al Mukarramah di awal Rabiul Awwal dan tiba di Quba pada Senin 8 Rabiul Awwal tahun ke-13 kenabian (20 September 622 M) setelah tujuh hari perjalanan.

Jumat 13 Rabiul Awwal (24 September 622) beliau meninggalkan Quba menuju Yatsrib. Di tengah perjalanan, di Bani Salim, beliau shalat Jumat pertama. Kemudian meneruskan perjalanan ke Kota Yatsrib yang kemudian digelari dengan “Al Madinah Al Munawwarah”.

Beliau membangun masjid di tanah kosong yang dibeli dari milik dua anak yatim Sabal dan Suhail. Sementara itu beliau tinggal di rumah Abu Ayyub Al Anshari.

Peristiwa inilah yang dijadikan starting point sejarah Islam dan umatnya. Tujuh belas tahun kemudian peristiwa ini oleh Khaliffah Umar bin Khattab diresmikan sebagai awal kalender Islam. Perhitungan didasarkan kepada peredaran bulan Qamariah yaitu Muharram, Shafar, Rabiul, Syawwal, Dzulqa’dah dan Dzulhiijah.

Awal bulan adalah Muharram, kendati peristiwa hijriah itu terjadi pada bulan Rabiul Awwal. Jadi antara permulaan hijriah Nabi SAW dan permulaan kalender Islam terdapat jarak waktu 62 atau 64 hari.

Pada 2008 ini terdapat satu keunikan yang langka. Terdapat tiga kali pertukaran tahun Hijriah dan ini terjadi hanya tiga kali dalam tenggang waktu seratus tahun, yaitu 9 Januari 2008 M adalah akhir tahun 1428 H Januari 2008 adalah awal tahun 1429 H; kemudian 28 Desember nanti adalah akhir 1429 H; dan masih dalam tahun 2008 tanggal 29 Desember merupakan awal 1430 H. Hal ini terjadi karena antara tahun hijriah dan tahun bulan (354 hari/tahun) dan tahun Masehi mengacu kepada peredaran matahari (365 hari/tahun).

Kesalahan-Kesalahan pada awal tahun baru Hijriyah

1. Menjadikan tanggal 1 Muharram sebagai tempat bagi ibadah tertentu yang tidak ada ketentuannya dari syariat, dan meyakini fadhilah-fadhilah tertentu yang juga tidak ada tuntunannya seperti:
a. Doa awal tahun dan fadhilahnya begitu pula doa akhir tahun dan fadhilahnya. Doa tersebut adalah bid’ah, tidak ada asalnya dari rasulullah maupun sahabatnya, dan para tabi’in serta tidak disebutkan baik dalam kitab musnad maupun kitab kumpulan hadits maudhu’ sekalipun. Ia adalah rajutan dari sebagian orang-orang yang memperlihatkan diri sebagai orang yang ahli ibadah tapi tidak mengerti sunnah.
Yang lebih lagi, ia berkata: siapa yg membacanya maka setan akan bersedih dan berkata “kita sudah susah payah menggodanya selama berkata ternyata ia merusak usaha kita dalam sesaat.

Dan yang sangat mengherankan adalah sikap kaum muslimin yang menerima dan mengamalkan doa tersebut, tanpa mau belajar dan bertanya pada para ulama ahlussunnah. Mereka telah lupa apa yang telah dipesankan oleh para ulama, bahwa melaksanakan kebaikan itu harus mengikuti syariat Rasulullah. Jika sudah mengetahui bahwa doa awal dan akhir tahun serta fadhilahnya adalah tidak Masyru’ maka mengamalkannya termasuk bid’ah makruhah mungkaroh.

b. Puasa awal tahun dan akhir tahun serta fadhilahnya.
Imam al-Fatani dalam kitab “Tadzkiratul Maudhu’at” menyatakan: Dalam hadits yang artinya: “Barangsiapa yang berpuasa pada akhir dari bulan Dzulhijjah dan pada hari pertama dari Muharram maka ia telah menutup tahun yang telah berlalu dengan Ibadan puasa, dan membuka tahun yang baru dengan berpuasa. Maka Alloh menjadikan untuknya sebagai kafarah atau penebus dosa selama 50 tahun,” terdapat dua perawi yang pendusta. Sedangkan dalam haidts, “Pada awal malam sdari bulan Dzulhijjah Nabi Ibrahim dilahirkan, maka barangsiapa yang berpuasa pada hari itu maka puasanya bisa menebus dosanya selama 60 tahun,” terdapat Muhammad bin Sahi, ia pemalsu hadits.

2. Menjadikan awal tahun baru sebagai hari perayaan, hari besar, atau hari raya.
Kita tahu bahwa yang memiliki adat merayakan tahun baru adalah orang-orang kafir. Orang-orang Persia merayakan hari raya Nairuz yaitu hari pertama musim semi. Sedangkan orang-orang Nasrani merayakan 1 Januari sebagai hari raya Tahun Baru Masehi.
Merayakan tahun baru hijriyah dengan makan-makan dan minum, berkumpul menyalakan lampu lebih dari biasanya adalah sama seperti apa yang dilakukan oleh orang-orang Nasrani pada tahun baru masehi. Mereka menyalakan api, lilin, membuat makanan, bernyanyi ria, dsb.
Imam Suyuti berkata, ”Tasyabbuh (menyerupai) dengan orang kafir adalah haram, sekalipun tidak bemaksud sperti maksud mereka. Berdasarkan riwayat Ibnu Umar Rasulullah bersabda artinya:
”Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka.” (HR Abu Daud dan lainnya)
Ketahuilah pada periode salafus Shalih tidak terdapat perayaan awal tahun hijriyah. Maka mukmin sejati adalah orang yang meniti jalannya para salafus shalih, yang berteladan dengan apa yang ditinggalkan oleh Sayyidul Mursalin, dan berteladan dengan orang yang diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, siddiqin, syuhada, dan shalihin.
Membelanjakan harta untuk membiayai acara yang tidak disyariatkan, atau merayakan hari yang tidak perintah untuk dirayakan adalah perbuatan sia-sia. Begitu pula memeriahkan hari yang mengandung keutamaan dengan cara yang tidak disyariatkan juga sia-sia. Ibnul Hajj dalam al-Madkhal menyebutkan:

Sebab larisnya adat-adat semacam tadi adalah: Diamnya sebagian ulama, bahkan ada yang berkeyakinan bahwa hal tersebut adalah menghidupkan syariat Islam.” Innalillahi wainna ilaihi rajiun.

Imam Suyuthi mengingatkan:

Hendaknya orang Islam tidak memandang jumlah pelaku dan penggemar kesesatan, sekalipun ada ulama yang bersama mereka.”

Imam besar Fudhail bin Iyadh berkata:

Ikutilah jalan kebenaran, meskipun sedikit orang yang menitinya, dan jauhilah jalan kebinasaan sekalipun banyak orang yang binasa.”
Jadi menghidupkan kalender Hijriyah bukan dengan memperingati aewal tahun barunya melainkan dengan menjelaskannya, mencintai, membela dan menggunakannya di dalam segala tulisan dan aktivitas kita. Semoga Allah memberi kekuatan di tengah keterasingan.

Dari tulisan:

KH Husin Naparin Lc MA(http://www.banjarmasinpost.co.id/content/view/12714/91/)

Agus Hasan Bashori, LC, M.Ag

0 comments:

Post a Comment

You can read, you may comment.. but no spamming. key! ^_^